Langsung ke konten utama

Apa Keterampilan Menulis Mengganjal Sukses Anda Berburu Pekerjaan?


Oleh : Bambang Haryanto



Kalau keterampilan menulis Anda anggap  tidak menentukan masa depan hidup Anda, tanyakan pendapat bagian perekrutan pegawai di sesuatu perusahaan. Utamanya setelah mereka menyeleksi ratusan atau ribuan surat lamaran yang membanjiri kantornya. 

Jawaban yang umum mereka berikan  pastilah keluhan : antara satu pelamar dan pelamar lainnya sulit dibedakan penampilannya secara  tertulis. Calon yang potensial atau yang sebaliknya, semuanya menjual diri dengan format yang sama dan bahasa yang sama pula.

Mengapa demikian ?

Karena mereka memang hanya menjiplak format-format surat lamaran yang telah ada. Mereka menjiplak, walau sudah lulus sarjana pun, karena keterampilan menulisnya memang menyedihkan. Akibatnya pun fatal. Oleh karena bagian perekrutan karyawan itu rata-rata hanya memerlukan waktu beberapa detik saja dalam memeriksa dan menyeleksi sepucuk surat lamaran, maka dapat dibayangkan berapa banyak surat-surat yang bergaya seragam itu  meluncur ke tempat sampah.

Realitas brutal dan tak kenal ampun  yang terjadi akibat minusnya keterampilan menulis pada sumber daya manusia kita, adalah hukum besi yang tak mudah diiingkari.  Pakar pemasaran legendaris, Al Ries dan Jack Trout, dalam bukunya Horse Sense : The Key to Success Is Finding a Horse to Ride (McGraw-Hill, 1991) pernah bilang bahwa pemasaran yang paling teramat sulit adalah pemasaran diri kita sendiri. 

Jadi. kalau pencari kerja menulis karangan biasa saja tidak mampu, dapat dibayangkan seperti apa kualitas sajian surat lamaran yang dalam ranah komunikasi bisnis senyatanya merupakan  karya iklan,   sekaligus  surat promosi,  yang bertujuan menjual diri penulisnya agar  lolos ke tahap krusial berikutnya, tahapan wawancara !


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan Remehkan Baca Buku, Begini CEO Speee Hadapi Revolusi Digital

Oleh : Mega Fransisca Seberapa banyak buku yang kamu baca dalam setahun? Kalau saya, jujur, hanya dua buku dalam setahun. Hideki Otsuka Jawaban CEO Speee Inc., Hideki Otsuka, atas pertanyaan saya mengenai hobinya baca buku menarik perhatian saya. Ratusan buku ia lahap dalam setahun. Saya pun teringat dengan sebuah kutipan, “All leaders are readers”. Otsuka adalah CEO Speee Inc., perusahaan induk dari Job-Like.com. Speee Inc. beroperasi di Tokyo, Jepang, sebagai perusahaan Web Marketing sejak 2007. Beberapa waktu yang lalu, Otsuka bertandang ke Jakarta untuk bertemu kami di kantor Job-Like.com. Saya pun berkesempatan untuk berbincang dengannya. Adanya fasilitas perpustakaan di area Event Space, di kantor Speee di Tokyo membuat saya penasaran mengenai “keterikatan” dirinya dengan buku. Saya pun melontarkan pertanyaan mengapa ia getol membaca buku. Mendengar pertanyaan saya, ia tertawa. Menurutnya, buku menjadi senjata pamungkas untuk melahirkan ide...

Melacak Penyebab Ribuan Sarjana Menganggur di Indonesia Tak Kunjung Dilirik Perusahaan

Oleh : Adi Renaldi | 10 September 2018 Kalau kamu termasuk sarjana baru yang sampai detik ini meratapi nasib gara-gara tak ada panggilan kerja meski ratusan surat lamaran sudah dikirim ke perusahaan, tenang saja, kamu tidak sendirian.  Hasil survei dari Willis Towers Watson yang dilakukan sejak 2014 hingga 2016 menyebutkan delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi dalam negeri siap pakai. Padahal, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 250 ribu orang. Ironisnya lagi, pertumbuhan jumlah perusahaan di Indonesia termasuk pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dalam satu dekade terakhir, ada 3,98 juta perusahaan baru muncul di Tanah Air. Itu berarti setidaknya setiap tahun bermunculan 398.000 perusahaan rintisan. Kini total perusahaan di Indonesia mencapai 26,71 juta berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 201. Erry Hadisto termasuk satu dari ribuan lulusan strata 1 yang terpaksa m...

Memilih Pekerjaan : Memilih Yang Ada ataukah Yang Sesuai Cita-cita ?

Oleh : Bambang Haryanto Kasus : “Banyak juga saya denger waktu dulu ketika sama sama cari kerja, sesama pencari kerja yang gengsian . Alias milih-milih kerja. Pada awalnya lebih idealis, mengikuti visi pribadi, mencari pekerjaan yang cocok. Kalau menurut saya,  apa pun kesempatan itu harus kita ambil. Baik perusahaannya itu baru mulai berdiri, perusahaannya masih rugi, yang pasti kita yang masih fresh graduate membutuhkan pengalaman kerja.  Hal itu yang kadang membuat teman-teman fresh graduate merasa terlena, merasa lulusan universitas negeri top, indeks prestasi diatas rata-rata, lalu memilih-milih perusahaan.   Alhasil tidak mendapatkan apa-apa, lalu kesempatan itu menjadi hilang satu persatu.” ( Angga ). Solusi: “ Anda mungkin mendengar banyak pendapat bahwa “pekerjaan apa pun yang ada akan lebih baik daripada tidak ada pekerjaan!” saat ini. Percayalah, hal itu tidak benar. Mungkin Anda tergoda untuk melamar pekerjaan apa pun yang Anda temu...