Oleh : Bambang Haryanto
Wonogiri, 3 Agutus 2005
“Berhasil”
kataku dalam hati. Rakyat memperhatikan kami dan dengan demikian rakyat juga
tahu bahwa mahasiswa tidak hidup dalam menara gading, seperti yang diduga
orang. Aku adalah “arsitek” dari long march (Salemba-Rawamangun) ini. Tujuanku sebenarnya
tidak banyak. Aku ingin mahasiswa-mahasiswa ini menyadari bahwa mereka adalah the
happy selected few yang dapat kuliah
dan karena itu mereka harus juga menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan
bangsanya.
Itulah
petikan dari buku Catatan Seorang
Demonstran (1983) karya Soe Hok Gie. Catatan yang mengisahkan aksi
mahasiswa 11 Januari 1966 saat menentang kenaikan tarif bis dan BBM, pesannya
masih relevan untuk para mahasiswa masa kini, sebagai calon pemimpin masa
depan. Generasi masa kini, baik melalui
buku atau filmnya, dapat meneladani jejaknya.
Saya
ingin menggaris bawahi pengantar Harsya
W. Bachtiar, Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia/FSUI (1980-an), di
mana Gie tercatat sebagai mahasiswa dan lulusan dari Jurusan Sejarah FSUI,
bahwa, “tidak banyak mahasiswa seperti Soe Hok Gie : seorang pemuda yang tidak
hanya belajar dan bertindak berusaha mewujudkan cita-citanya, melainkan juga
dengan tekun mencatat apa yang dialaminya, apa yang dipikirkannya.
Dengan
perantaraan catatan-catatan hariannya dapatlah kita memperoleh pengetahuan
mengenai kehidupan para mahasiswa dengan berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh mereka...Mudah-mudahan catatan Soe Hok Gie menggerakkan orang lain, tidak
hanya mahasiswa, untuk membuat catatan harian mengenai peristiwa yang telah
dialami dan pandangan pikiran mengenai berbagai hal yang dianggap penting.
Bahan-bahan demikian merupakan bahan-bahan keterangan yang amat berharga untuk
mengembangkan sejarah nasional bangsa kita”
Usul saya untuk Anda :
Milikilah
buku harian.
Mulailah
menulis saat ini.
Dan
jangan sampai terhenti !
Wonogiri, 3 Agutus 2005
Komentar
Posting Komentar