Langsung ke konten utama

Keteladanan Abadi Seorang Soe Hok Gie

Oleh : Bambang Haryanto

“Berhasil” kataku dalam hati. Rakyat memperhatikan kami dan dengan demikian rakyat juga tahu bahwa mahasiswa tidak hidup dalam menara gading, seperti yang diduga orang. Aku adalah “arsitek” dari long march  (Salemba-Rawamangun) ini. Tujuanku sebenarnya tidak banyak. Aku ingin mahasiswa-mahasiswa ini menyadari bahwa mereka adalah the happy selected few  yang dapat kuliah dan karena itu mereka harus juga menyadari dan melibatkan diri dalam perjuangan bangsanya.

Itulah petikan  dari buku Catatan Seorang Demonstran (1983) karya Soe Hok Gie. Catatan yang mengisahkan aksi mahasiswa 11 Januari 1966 saat menentang kenaikan tarif bis dan BBM, pesannya masih relevan untuk para mahasiswa masa kini, sebagai calon pemimpin masa depan.  Generasi masa kini, baik melalui buku atau filmnya, dapat meneladani jejaknya. 

Saya ingin menggaris bawahi  pengantar Harsya W. Bachtiar, Dekan Fakultas Sastra Universitas Indonesia/FSUI (1980-an), di mana Gie tercatat sebagai mahasiswa dan lulusan dari Jurusan Sejarah FSUI, bahwa, “tidak banyak mahasiswa seperti Soe Hok Gie : seorang pemuda yang tidak hanya belajar dan bertindak berusaha mewujudkan cita-citanya, melainkan juga dengan tekun mencatat apa yang dialaminya, apa yang dipikirkannya.

Dengan perantaraan catatan-catatan hariannya dapatlah kita memperoleh pengetahuan mengenai kehidupan para mahasiswa dengan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh mereka...Mudah-mudahan catatan Soe Hok Gie menggerakkan orang lain, tidak hanya mahasiswa, untuk membuat catatan harian mengenai peristiwa yang telah dialami dan pandangan pikiran mengenai berbagai hal yang dianggap penting. Bahan-bahan demikian merupakan bahan-bahan keterangan yang amat berharga untuk mengembangkan sejarah nasional bangsa kita”

Usul saya untuk Anda :
Milikilah buku harian.
Mulailah menulis  saat ini.
Dan jangan sampai terhenti !


Wonogiri, 3 Agutus 2005

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melacak Penyebab Ribuan Sarjana Menganggur di Indonesia Tak Kunjung Dilirik Perusahaan

Oleh : Adi Renaldi | 10 September 2018 Kalau kamu termasuk sarjana baru yang sampai detik ini meratapi nasib gara-gara tak ada panggilan kerja meski ratusan surat lamaran sudah dikirim ke perusahaan, tenang saja, kamu tidak sendirian.  Hasil survei dari Willis Towers Watson yang dilakukan sejak 2014 hingga 2016 menyebutkan delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi dalam negeri siap pakai. Padahal, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 250 ribu orang. Ironisnya lagi, pertumbuhan jumlah perusahaan di Indonesia termasuk pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dalam satu dekade terakhir, ada 3,98 juta perusahaan baru muncul di Tanah Air. Itu berarti setidaknya setiap tahun bermunculan 398.000 perusahaan rintisan. Kini total perusahaan di Indonesia mencapai 26,71 juta berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 201. Erry Hadisto termasuk satu dari ribuan lulusan strata 1 yang terpaksa menga

Jangan Remehkan Baca Buku, Begini CEO Speee Hadapi Revolusi Digital

Oleh : Mega Fransisca Seberapa banyak buku yang kamu baca dalam setahun? Kalau saya, jujur, hanya dua buku dalam setahun. Hideki Otsuka Jawaban CEO Speee Inc., Hideki Otsuka, atas pertanyaan saya mengenai hobinya baca buku menarik perhatian saya. Ratusan buku ia lahap dalam setahun. Saya pun teringat dengan sebuah kutipan, “All leaders are readers”. Otsuka adalah CEO Speee Inc., perusahaan induk dari Job-Like.com. Speee Inc. beroperasi di Tokyo, Jepang, sebagai perusahaan Web Marketing sejak 2007. Beberapa waktu yang lalu, Otsuka bertandang ke Jakarta untuk bertemu kami di kantor Job-Like.com. Saya pun berkesempatan untuk berbincang dengannya. Adanya fasilitas perpustakaan di area Event Space, di kantor Speee di Tokyo membuat saya penasaran mengenai “keterikatan” dirinya dengan buku. Saya pun melontarkan pertanyaan mengapa ia getol membaca buku. Mendengar pertanyaan saya, ia tertawa. Menurutnya, buku menjadi senjata pamungkas untuk melahirkan ide

Apa Keterampilan Menulis Mengganjal Sukses Anda Berburu Pekerjaan?

Oleh : Bambang Haryanto Kalau keterampilan menulis Anda anggap   tidak menentukan masa depan hidup Anda, tanyakan pendapat bagian perekrutan pegawai di sesuatu perusahaan . Utamanya setelah mereka menyeleksi ratusan atau ribuan surat lamaran yang membanjiri kantornya.   Jawaban yang umum mereka berikan   pastilah keluhan : antara satu pelamar dan pelamar lainnya sulit dibedakan penampilannya secara   tertulis. Calon yang potensial atau yang sebaliknya, semuanya menjual diri dengan format yang sama dan bahasa yang sama pula. Mengapa demikian ? Karena mereka memang hanya menjiplak format-format surat lamaran yang telah ada. Mereka menjiplak, walau sudah lulus sarjana pun, karena keterampilan menulisnya memang menyedihkan. Akibatnya pun fatal. Oleh karena bagian perekrutan karyawan itu rata-rata hanya memerlukan waktu beberapa detik saja dalam memeriksa dan menyeleksi sepucuk surat lamaran, maka dapat dibayangkan berapa banyak surat-surat yang bergaya seragam it