Langsung ke konten utama

“Tingkatkan Selalu Profesionalisme di Bidang Anda !” : Pesan Soetaryo Sigit, Tokoh Pertambangan Indonesia

 
Oleh : Bambang Haryanto 

SOETARYO SIGIT (1929–2014) ialah salah seorang tokoh penting kemajuan pertambangan Indonesia. Dibesarkan dari keluarga sederhana, Sigit dikenal jujur, tekun, dan mencintai ilmu—nilai-nilai yang diajarkan kedua orangtuanya. Nilai-nilai itu membentuk dirinya sebagai pribadi yang penuh integritas dalam berkarya di dunia pertambangan. 

Di tengah keraguan pemerintahan Sukarno pada perkembangan sektor pertambangan, Sigit meyakinkan potensi besar pertambangan mineral dan batu bara bagi perekonomian Indonesia. Pada 1967 ia mencetuskan sistem Kontrak Karya. Lalu pada 1975 ia menggerakkan laju industri pertambangan batu bara kita dengan menelurkan Perjanjian Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Batubara.

Dua ide besar itu dan pengetahuan Sigit mengenai pertambangan Indonesia membuat rekan dan sahabat-sahabatnya lantas menahbiskannya sebagai “kamus hidup industri mineral Indonesia dalam 50 tahun terakhir”.

Sekalipun telah pensiun sebagai Direktur Jenderal Pertambangan Umum Departemen Pertambangan dan Energi, Sigit tetap getol menjembatani kepentingan pemerintah dengan investor industri tambang. Bagi Sigit, “Tingkat perkembangan dan kemajuan pertambangan di suatu negara, bukan terutama di tentukan oleh potensi sumber daya mineralnya, betapapun kayanya, melainkan lebih banyak bergantung pada kebijakan pemerintah yang berkuasa dalam menciptakan iklim usaha yang diperlukan.”

Buku ini memberikan gambaran tentang sejarah pertambangan di Indonesia dari sudut salah seorang pelaku pentingnya.

Bangga. Sungguh merupakan kehormatan besar ketika rekan penulis Ratih Poeradisastra mendaulat saya untuk bersama-sama menulis biografi tokoh besar ini. Berkat Internet, Ratih yang tinggal di Jakarta dan saya yang jadi wong ndeso di Wonogiri, bisa berkolaborasi untuk merampungkan buku ini. Buku yang diterbitkan atas prakarsa Dr Han Ling Ong, pendiri  PT Geoservices, diluncurkan pada sesi Luncheon Talk GEOSEA Congress and IAGI Annual Convention (GIC), Rabu, 12 Oktober 2016 di Bali Room Hotel Trans Luxury Bandung.

Pesan untuk generasi muda. Pada tahun 1988 saat Sigit diminta pesan-pesannya untuk generasi penerus seprofesi, Sigit menjawab :

“Pesan terpenting untuk kawan-kawan, adik-adik yang menekuni bidang geologi-pertambangan ialah : selama masih punya kesempatan, kapan saja dan di mana saja, usahakan untuk selalu meningkatkan kemampuan/keterampilan/keahlian/profesionalisme di bidang tugas masing-masing.

Tidak ada bidang pekerjaan yang remeh, asal ditekuni dan dihayati dengan baik. Masih banyak diperlukan pekerja-pekerja yang dapat berkarya besar di bidang geologi-pertambangan Indonesia. Dalam berkarya dan membangun karier, jangan lupa membangun pula integritas diri pribadi. 

Bekerjalah selalu dengan jujur meski pun harus bersusah payah. Penghargaan akan datang dengan sendirinya setelah kita membuktikan diri dapat bekerja dengan baik dan mampu menghasilkan karya yang berguna.”

Bandung, 12 Oktober 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melacak Penyebab Ribuan Sarjana Menganggur di Indonesia Tak Kunjung Dilirik Perusahaan

Oleh : Adi Renaldi | 10 September 2018 Kalau kamu termasuk sarjana baru yang sampai detik ini meratapi nasib gara-gara tak ada panggilan kerja meski ratusan surat lamaran sudah dikirim ke perusahaan, tenang saja, kamu tidak sendirian.  Hasil survei dari Willis Towers Watson yang dilakukan sejak 2014 hingga 2016 menyebutkan delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi dalam negeri siap pakai. Padahal, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 250 ribu orang. Ironisnya lagi, pertumbuhan jumlah perusahaan di Indonesia termasuk pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dalam satu dekade terakhir, ada 3,98 juta perusahaan baru muncul di Tanah Air. Itu berarti setidaknya setiap tahun bermunculan 398.000 perusahaan rintisan. Kini total perusahaan di Indonesia mencapai 26,71 juta berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 201. Erry Hadisto termasuk satu dari ribuan lulusan strata 1 yang terpaksa menga

Jangan Remehkan Baca Buku, Begini CEO Speee Hadapi Revolusi Digital

Oleh : Mega Fransisca Seberapa banyak buku yang kamu baca dalam setahun? Kalau saya, jujur, hanya dua buku dalam setahun. Hideki Otsuka Jawaban CEO Speee Inc., Hideki Otsuka, atas pertanyaan saya mengenai hobinya baca buku menarik perhatian saya. Ratusan buku ia lahap dalam setahun. Saya pun teringat dengan sebuah kutipan, “All leaders are readers”. Otsuka adalah CEO Speee Inc., perusahaan induk dari Job-Like.com. Speee Inc. beroperasi di Tokyo, Jepang, sebagai perusahaan Web Marketing sejak 2007. Beberapa waktu yang lalu, Otsuka bertandang ke Jakarta untuk bertemu kami di kantor Job-Like.com. Saya pun berkesempatan untuk berbincang dengannya. Adanya fasilitas perpustakaan di area Event Space, di kantor Speee di Tokyo membuat saya penasaran mengenai “keterikatan” dirinya dengan buku. Saya pun melontarkan pertanyaan mengapa ia getol membaca buku. Mendengar pertanyaan saya, ia tertawa. Menurutnya, buku menjadi senjata pamungkas untuk melahirkan ide

Apa Keterampilan Menulis Mengganjal Sukses Anda Berburu Pekerjaan?

Oleh : Bambang Haryanto Kalau keterampilan menulis Anda anggap   tidak menentukan masa depan hidup Anda, tanyakan pendapat bagian perekrutan pegawai di sesuatu perusahaan . Utamanya setelah mereka menyeleksi ratusan atau ribuan surat lamaran yang membanjiri kantornya.   Jawaban yang umum mereka berikan   pastilah keluhan : antara satu pelamar dan pelamar lainnya sulit dibedakan penampilannya secara   tertulis. Calon yang potensial atau yang sebaliknya, semuanya menjual diri dengan format yang sama dan bahasa yang sama pula. Mengapa demikian ? Karena mereka memang hanya menjiplak format-format surat lamaran yang telah ada. Mereka menjiplak, walau sudah lulus sarjana pun, karena keterampilan menulisnya memang menyedihkan. Akibatnya pun fatal. Oleh karena bagian perekrutan karyawan itu rata-rata hanya memerlukan waktu beberapa detik saja dalam memeriksa dan menyeleksi sepucuk surat lamaran, maka dapat dibayangkan berapa banyak surat-surat yang bergaya seragam it