Langsung ke konten utama

Jangan Remehkan Baca Buku, Begini CEO Speee Hadapi Revolusi Digital

Oleh : Mega Fransisca

Seberapa banyak buku yang kamu baca dalam setahun?
Kalau saya, jujur, hanya dua buku dalam setahun.

Hideki Otsuka










Jawaban CEO Speee Inc., Hideki Otsuka, atas pertanyaan saya mengenai hobinya baca buku menarik perhatian saya. Ratusan buku ia lahap dalam setahun.

Saya pun teringat dengan sebuah kutipan, “All leaders are readers”.

Otsuka adalah CEO Speee Inc., perusahaan induk dari Job-Like.com. Speee Inc. beroperasi di Tokyo, Jepang, sebagai perusahaan Web Marketing sejak 2007. Beberapa waktu yang lalu, Otsuka bertandang ke Jakarta untuk bertemu kami di kantor Job-Like.com.

Saya pun berkesempatan untuk berbincang dengannya. Adanya fasilitas perpustakaan di area Event Space, di kantor Speee di Tokyo membuat saya penasaran mengenai “keterikatan” dirinya dengan buku. Saya pun melontarkan pertanyaan mengapa ia getol membaca buku.

Mendengar pertanyaan saya, ia tertawa. Menurutnya, buku menjadi senjata pamungkas untuk melahirkan ide-ide bisnis baru. Kebiasaannya membaca buku sudah ia tanamkan jauh sebelum menjalani perannya sebagai pemimpin Speee. Ia justru telah membenamkan dirinya pada tumpukan buku ketika baru berencana untuk menjadi entrepreneur.

Untuk menjadi pebisnis yang sukses, pengetahuan mengenai banyak hal jelas mutlak dibutuhkan. Kebiasaannya menambah permodalan ilmu berlanjut ketika bisnisnya berkembang dan ia mengemban tanggung jawab besar sebagai seorang CEO.

Perpustakaan Speee di area Event Space (Foto: dok. Speee)
“Sebagai CEO, sebagai entrepreneur, hari terus mengalir, setiap 15 menit atau 30 menit ada rapat yang berbeda, bertemu banyak orang. Buku bisa menjadi sebuah umpan balik,” ujar Otsuka.

“Misalnya, hari ini ada hal-hal yang menyedihkan, ada yang menyenangkan, banyak hal terjadi. Setiap hari selalu mengalir. Tapi, dengan membaca buku kamu bisa berbalik melawannya. Membaca buku merupakan sebuah pembelajaran yang sebenarnya,” lanjutnya.

Kebiasaan membaca buku semakin penting bagi Otsuka mengingat bisnis yang dijalankannya bersinggungan dengan dunia teknologi. Pesatnya perkembangan teknologi menuntut dirinya untuk selalu update dan berpikir kreatif.

Jadi, untuk tetap bersaing dan terdepan, suntikan ilmu tak boleh berhenti. Ini salah satu kunci sukses dirinya.

“Sekarang ada banyak tantangan dari teknologi baru, blockchain salah satunya yang cukup teknis, sulit, dan ada banyak terminologi baru. Oleh karena itu, saya membaca buku-buku yang sarat pengetahuan, lebih berguna untuk bisnis. Saya harus tahu ide-ide baru untuk masa depan,” ucapnya.

Karyawan Speee Dapat Bujet Tahunan Membeli Buku

Budaya membaca buku tak hanya diterapkan Otsuka untuk dirinya sendiri. Tapi, ikut menulari para karyawan Speee setelah didirikannya perpustakaan di kantor.

Menariknya, upaya Speee untuk menumbuhkan minat membaca karyawan didukung dengan program pemberian bujet membeli buku tahunan bagi setiap karyawan.

“Ada keuntungannya buat karyawan. Mereka mendapatkan dana hingga Rp1,3 juta per bulan untuk membeli buku. Perusahaan akan membelikan buku buat mereka. Kalau kamu mau belajar sesuatu atau tertarik membaca sebuah buku tertentu, perusahaan yang membelikan untuk kamu,” bilang Otsuka.

Perbincangan saya dengan Otsuka memberikan saya insight segar. Sudah waktunya untuk saya membuka lembar-lembar tumpukan buku yang belum tersentuh di rumah. Bagi saya, membaca buku membawa saya ke alam liar petualangan.

Bagaimana dengan kamu?


Sumber : https://magazine-job--like-com.cdn.ampproject.org/c/s/magazine.job-like.com/kunci-sukses-ceo-membaca-buku/amp/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Melacak Penyebab Ribuan Sarjana Menganggur di Indonesia Tak Kunjung Dilirik Perusahaan

Oleh : Adi Renaldi | 10 September 2018 Kalau kamu termasuk sarjana baru yang sampai detik ini meratapi nasib gara-gara tak ada panggilan kerja meski ratusan surat lamaran sudah dikirim ke perusahaan, tenang saja, kamu tidak sendirian.  Hasil survei dari Willis Towers Watson yang dilakukan sejak 2014 hingga 2016 menyebutkan delapan dari sepuluh perusahaan di Indonesia kesulitan mendapatkan lulusan perguruan tinggi dalam negeri siap pakai. Padahal, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 250 ribu orang. Ironisnya lagi, pertumbuhan jumlah perusahaan di Indonesia termasuk pesat dalam beberapa tahun terakhir. Dalam satu dekade terakhir, ada 3,98 juta perusahaan baru muncul di Tanah Air. Itu berarti setidaknya setiap tahun bermunculan 398.000 perusahaan rintisan. Kini total perusahaan di Indonesia mencapai 26,71 juta berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 201. Erry Hadisto termasuk satu dari ribuan lulusan strata 1 yang terpaksa menga

Efek Disrupsi, Mungkinkah Kembali ke Desa?

Oleh : Rhenald Kasali Pendiri Rumah Perubahan; Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia KOMPAS.COM, 30 April 2018 Saya baru saja meninggalkan kawasan pedesaan yang dipenuhi kebun-kebun anggur yang indah di Tuscany, Italia. Kawasan seperti ini tiba-tiba menjadi lapangan kerja baru, menyusul upaya Uni Eropa untuk kembali ke desa. Menyeberang ke Porto, guide saya, calon dokter dari Lisbon bercerita tentang mundurnya perekonomian dan lapangan pekerjaan di Portugal. Sambil menarik nafas dalam, ia menyampaikan, kekasihnya harus pindah ke Brazil untuk mendapatkan pekerjaan. “Di Portugal..” ujarnya. “Lebih dari 40 persen kaum muda sudah pindah untuk bekerja ke luar negeri,” tambahnya. Itu sebabnya, Uni Eropa sudah berkomitmen menyalurkan 100 miliar Euro dana desa selama 6 tahun (2014-2020) untuk membangun pertanian dan ekologi. Kembali ke Desa Tetapi Indonesia lebih serius. Memang bukan karena ancaman disrupsi, tapi hampir pasti disruption akan memasuki tahap t